Roda Dhamma yang seringkali digunakan sebagai lambang Jalan Utama Berunsur Delapan
Bagian dari serial Agama Buddha |
|
Sejarah Garis waktu Dewan-dewan Buddhis |
|
Konsep ajaran agama Buddha Empat Kesunyataan Mulia Delapan Jalan Utama Pancasila · Tuhan Nirvana · Tri Ratna |
|
Ajaran inti Tiga Corak Umum Samsara · Kelahiran kembali · Sunyata Paticcasamuppada · Karma |
|
Tokoh penting Siddharta Gautama Siswa utama · Keluarga |
|
Tingkat-tingkat Pencerahan Buddha · Bodhisattva Empat Tingkat Pencerahan Meditasi |
|
Wilayah agama Buddha Asia Tenggara · Asia Timur Tibet · India dan Asia Tengah Indonesia · Barat |
|
Sekte-sekte agama Buddha Theravada · Mahayana Vajrayana · Sekte Awal |
|
Kitab Suci Sutta · Vinaya · Abdhidahamma |
|
|
Daftar isi |
Pengertian
Berdasarkan Sutta-sutta dalam Tipitaka, Jalan Utama Berunsur Delapan ditemukan kembali oleh Siddharta Gautama dalam upayanya mencapai pencerahan. Sutta menggambarkannya sebagai sebuah jalan tua yang dilalui dan diteladani olah para buddha sebelumnya. Jalan Utama Berunsur Delapan membantu pemeluk agama Buddha menuju ke kehidupan yang mulia.“ | Di antara semua
jalan, maka "Jalan Utama Berunsur Delapan" adalah yang terbaik; di
antara semua kebenaran, maka "Empat Kebenaran Mulia" adalah yang
terbaik.
|
” |
—Dhammapada 273-276, [1]
|
Tiga Kelompok
Jalan Utama Berunsur Delapan seringkali dibagi menjadi tiga bagian:- Pengertian Benar (sammä-ditthi)
- Pikiran Benar (sammä-sankappa)
- Ucapan Benar (sammä-väcä)
- Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
- Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
- Konsentrasi (Pali: Samädhi)
- Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
- Perhatian Benar (sammä-sati)
- Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
“ | Bhante, apakah
tiga kelompok dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, atau jalan
mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok?
|
” |
—Culavedalla Sutta, [3]
|
Kebijaksanaan (Pañña)
Pengertian Benar
Pengertian Benar (samma-ditthi) yang merupakan kunci utama agama Buddha, Tipitaka menjelaskan [4]“ | Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar?
|
” |
- Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani)
- Tiga Corak Umum (Tilakkhana)
- Hukum Sebab-musabab (Paticcasamuppada)
- Hukum Kamma
Pemikiran Benar
Pengertian Benar mengakibatkan Pemikiran Benar (sammä-sankappa). Karena itu, faktor kedua dari jalan utama ini, mempunyai dua tujuan:-
- melenyapkan pikiran-pikiran jahat, dan ;
- mengembangkan pikiran-pikiran baik. Pikiran baik terdiri dari tiga bagian, yaitu:
-
- Nekkhamma; melepaskan diri dari kesenangan dunia dan sifat mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan kemelekatan, sifat mau menang sendiri.
- Abyapada; cinta kasih, itikad baik, atau kelemah-lembutan yang berlawanan dengan kebencian, itikad jahat, atau kemarahan.
- Avihimsa; tidak kejam atau kasih sayang, yang berlawanan dengan kekejaman atau kebengisan.
Kemoralan (Sīla)
Ucapan Benar
Ucapan Benar (sammä-väcä) adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar / caci-maki (pharusavãcã), dan percakapan yang tidak bermanfaat / pergunjingan (samphappalãpã). Berikut syarat untuk sebuah ucapan dikategorikan sebagai ucapan benar.[5]- Ucapan itu benar
- Ucapan itu beralasan
- Ucapan itu berfaedah
- Ucapan itu tepat pada waktunya
“ | Pangeran, demikian
juga dengan ucapan atau kata-kata semacam itu yang diketahui oleh
Tathagata bukan mewakili apa keadaannya tidaklah sesuai dengan kebenaran
dan tidak berhubungan dengan kebaikan, ucapan mana adalah tidak
disenangi dan tidak disetujui oleh orang-orang lain. Tathagata tidak
mengatakan ucapan-ucapan semacam itu.
|
” |
—Abhayarajakumara Sutta, [6]
|
Perbuatan Benar
Perbuatan Benar (sammā-kammanta) juga dapat diartikan sebagai "tindakan benar". Praktisi (dalam hal ini penganut agama Buddha) diharapkan untuk bertindak benar secara moral, tidak melakukan perbuatan yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Tipitaka menjelaskan:“ | Dan apakah , para bhikkhu, perbuatan benar?
|
” |
Pencaharian Benar
Pencaharian Benar (sammā-ājīva) berarti bahwa praktisi (pengikut Agama Buddha) tidak sepatutnya berhubungan dengan usaha atau pekerjaan yang, secara langsung atau tidak langsung, melukai mahluk hidup lainnya. Tipitaka menjelaskan:[4]“ | Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar?
|
” |
- Bisnis Senjata
- Bisnis Manusia
- Bisnis Daging
- Bisnis barang yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran
- Bisnis Racun
Konsentrasi (Samädhi)
Daya-upaya Benar
Daya-upaya Benar (sammā-vāyāma) juga dapat diartikan dengan "usaha benar". Untuk hal ini, praktisi (pengikut agama Buddha) harus berupaya keras untuk meninggalkan seluruh pikiran yang salah dan dapat merugikan, perkataan, dan perbuatan. Praktisi (penganut agama Buddha) sebaliknya harus berupaya keras untk meningkatkan apa yang baik dan berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain dalam pemikiran mereka, perkataan dan perbuatan, tanpa mengikut-sertakan pemikiran akan kesulitan atau kekhawatiran. Tipitaka menjelaskan:[4]“ | Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar?
|
” |
- Usaha melenyapkan kejahatan yang telah timbul,
- Usaha mencegah timbulnya kejahatan yang belum timbul,
- Usaha membangkitkan kebajikan yang belum timbul, dan
- Usaha mengembangkan kebajikan yang telah timbu.
Perhatian Benar
Perhatian Benar (sammā-sati), juga dapat diartikan sebagai "Ingatan Benar" atau "Kesadaran Benar". Dengan demikian penganut agama Buddha harus senantiasa menjaga pikiran-pikiran mereka terhadap fenomena yang memengaruhi tubuh dan pikiran. Mereka harus waspada dan berhati-hati supaya tidak bertindak laku atau berkata-kata karena kelalaian atau kecerobohan. Tipitaka menjelaskan hal ini demikian:[4]“ | Dan apakah, para bhikkhu, perhatian benar?
|
” |
Konsentrasi Benar
Konsentrasi Benar (sammā-samādhi), seperti yang ditunjukkan dalam bahasa Pali, adalah melatih konsentrasi (samādhi). Dengan demikian seorang praktisi memusatkan pikiran kepada suatu obyek pikiran hingga mencapai konsentrasi penuh dan masuk kedalam kondisi meditatif (Jhana). Biasanya, pelatihan samadhi dapat ditempuh melalui pengaturan pernapasan (anapanasati), melalui visualisasi benta (kasina), dan melalui pengulangan kalimat-kalimat tertentu. Samadhi dilakukan untuk menekan lima gangguan guna memasuki jhana. Jhana merupakan sebuah media guna pengembangan kebijaksanaan dengan menanamkan pengertian dan menggunakannya untuk menguji kesungguhan suatu fenomena dengan pengenalan langsung. Hal ini membantu mengurani kekotoran, merealisasikan dhamma dan, pada akhirnya, mencapai kesadaran diri. Selama berlatih konsentrasi benar, seorang praktisi harus memeriksa dan membuktikan pandangan benar mereka. Pada proses demikian, pengetahuan benar akan timbul, dan diikuti dengan pembebasan sesungguhnya. Tipitaka menjelaskan:[4]“ | Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar?
|
” |
- Cinta kasih (Metta)
- Belas kasihan (Karuna)
- Kegembiraan bersimpati (Mudita)
- Keseimbangan batin (Upekkha)
- Mata-dewa (Dibbacakkhu)
- Telinga-dewa (Dibbasota)
- Ingatan akan kelahiran-kelahiran lampau (Pubbenivasanussati-nana)
- Membaca pikiran (Paracitta vijanana),
- dan berbagai kemampuan batin lainnya (Iddhividha).
“ | Bhante, apakah
yang dimaksud dengan konsentrasi, apakah tanda meditasi, apa
perlengkapan meditas, bagaimana mengembangkan meditasi?
|
” |
|
Komentar :
Posting Komentar