Roda Dhamma yang seringkali digunakan sebagai lambang Jalan Utama Berunsur Delapan
Jalan Utama Berunsur Delapan (
bahasa Pali:
Ariyo aṭṭhaṅgiko maggo;
bahasa Sanskerta:
Ārya 'ṣṭāṅga mārgaḥ) merupakan ajaran utama
agama Buddha yang menjelaskan
"Jalan" menuju lenyapnya
Penderitaan (
Dukkha) dan mencapai pencerahan. Jalan Utama Berunsur Delapan merupakan bagian keempat dari
Empat Kebenaran Mulia. Bagian pertama dari Jalan Utama Berunsur Delapan adalah Pengertian Benar akan Empat Kebenaran Mulia yang juga dikenal sebagai
"Jalan Tengah".
Pengertian
Berdasarkan Sutta-sutta dalam
Tipitaka, Jalan Utama Berunsur Delapan ditemukan kembali oleh
Siddharta Gautama dalam upayanya mencapai pencerahan.
Sutta
menggambarkannya sebagai sebuah jalan tua yang dilalui dan diteladani
olah para buddha sebelumnya. Jalan Utama Berunsur Delapan membantu
pemeluk
agama Buddha menuju ke kehidupan yang mulia.
“ |
Di antara semua
jalan, maka "Jalan Utama Berunsur Delapan" adalah yang terbaik; di
antara semua kebenaran, maka "Empat Kebenaran Mulia" adalah yang
terbaik.
-
- Di antara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang
terbaik; dan di antara semua mahluk hidup, maka orang yang 'melihat'
adalah yang terbaik. Inilah satu-satunya 'Jalan'. Tidak ada jalan lain
yang dapat membawa pada kemurnian pandangan. Ikutilah jalan ini, yang
dapat mengalahkan Mara (penggoda).
Dengan mengikuti jalan ini, engkau dapat mengakhiri penderitaan.
Dan jalan ini pula yang kutunjukkan setelah aku mengetahui bagaimana
cara mencabut duri-duri (kekotoran batin).
-
- Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata hanya
menunjukkan 'Jalan'. Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki 'Jalan'
ini akan terbebas dari belenggu Mara.
|
” |
|
Tiga Kelompok
Jalan Utama Berunsur Delapan seringkali dibagi menjadi tiga bagian:
- Pengertian Benar (sammä-ditthi)
- Pikiran Benar (sammä-sankappa)
- Ucapan Benar (sammä-väcä)
- Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
- Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
- Konsentrasi (Pali: Samädhi)
- Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
- Perhatian Benar (sammä-sati)
- Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
Kedelapan unsur tersebut menyandang kata
Benar yang diterjemahkan dari kata
sammä (
Pali) atau
samyañc (bahasa Sanskerta). Kata-kata lain seperti sempurna (
perfect) atau sesuai (
ideal)
[2]
“ |
Bhante, apakah
tiga kelompok dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, atau jalan
mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok?
- Saudara Visakha, tiga kelompok tidak dimasukkan oleh jalan mulia
berunsur delapan, tetapi jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oleh
tiga kelompok. Setiap ucapan benar, setiap perbuatan benar dan setiap
mata pencaharian benar: dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok
moral (Sila), setiap usaha benar, setiap kesadaran benar, konsentrasi
benar; dhamma-dhamma ini dimasukkan ke dalam kelompok Meditas (Samadhi),
setiap pandangan benar dan setiap pikiran benar: dhamma-dhamma ini
dimasukkan ke dalam kelompok Kebijaksanaan (Panna)
|
” |
|
Kebijaksanaan (Pañña)
Pengertian Benar
Pengertian Benar (
samma-ditthi) yang merupakan kunci utama
agama Buddha,
Tipitaka menjelaskan
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar?
- Pengetahuan tentang Dukkha, pengetahuan tentang asal usul Dukkha,
pengetahuan tentang berhentinya Dukkha, pengetahuan tentang cara
berlatih yang membawa pada berhentinya Dukkha.:
- Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan pandangan benar.
|
” |
|
Pengertian Benar mencakup pengetahuan tentang:
Bhikkhu Sariputta menjelaskan lebih lanjut mengenai "Pengertian Benar" dalam
Sammaditthi Sutta (
Pali:Sammādiṭṭhi
Sutta), dimana dijelaskan pula bahwa pengertian benar dapat dicapai
melalui pengertian yang lebih mendalam akan kebijakan dan
ketidak-bijakan, empat jenis makanan (
cattaro ahara), dua belas nidana atau tiga noda (
asava).
"Pengertian Salah" timbul karena ketidaktahuan (avijja), yang merupakan
penyebab dari pemikiran salah, ucapan salah, perbuatan salah,
pencaharian salah, daya-upaya salah, perhatian salah, dan konsentrasi
salah. Praktisi (penganut agama Buddha) harus menggunakan daya-upaya
benar untuk meninggalkan pengertian salah dan mempertahankan pengertian
benar. Perhatian benar digunakan untuk senantiasa berada pada pengertian
benar.
Pemikiran Benar
Pengertian Benar mengakibatkan
Pemikiran Benar (
sammä-sankappa). Karena itu, faktor kedua dari jalan utama ini, mempunyai dua tujuan:
-
- melenyapkan pikiran-pikiran jahat, dan ;
- mengembangkan pikiran-pikiran baik. Pikiran baik terdiri dari tiga bagian, yaitu:
-
- Nekkhamma; melepaskan diri dari kesenangan dunia dan sifat
mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan kemelekatan, sifat mau
menang sendiri.
- Abyapada; cinta kasih, itikad baik, atau kelemah-lembutan yang berlawanan dengan kebencian, itikad jahat, atau kemarahan.
- Avihimsa; tidak kejam atau kasih sayang, yang berlawanan dengan kekejaman atau kebengisan.
Kemoralan (Sīla)
Ucapan Benar
Ucapan Benar (
sammä-väcä) adalah berusaha menahan diri dari berbohong (
musãvãdã), memfitnah (
pisunãvãcã), berucap kasar / caci-maki (
pharusavãcã), dan percakapan yang tidak bermanfaat / pergunjingan (
samphappalãpã). Berikut syarat untuk sebuah ucapan dikategorikan sebagai ucapan benar.
[5]
- Ucapan itu benar
- Ucapan itu beralasan
- Ucapan itu berfaedah
- Ucapan itu tepat pada waktunya
“ |
Pangeran, demikian
juga dengan ucapan atau kata-kata semacam itu yang diketahui oleh
Tathagata bukan mewakili apa keadaannya tidaklah sesuai dengan kebenaran
dan tidak berhubungan dengan kebaikan, ucapan mana adalah tidak
disenangi dan tidak disetujui oleh orang-orang lain. Tathagata tidak
mengatakan ucapan-ucapan semacam itu.
- Ucapan semacam itu yang diketahui oleh Sang Tathagata mewakili
apa keadaannya, sesuai dengan kenyataan, tetapi tidak berhubungan dengan
kebaikan, juga ucapan ini adalah tidak disenangi dan tidak disetujui
oleh orang-orang lain, maka ucapan-ucapan itu tidak diucapkan oleh
Tathagata.
Ucapan Tathagata ketahui mewakili apa keadaannya, sesuai dengan
realita, berhubungan dengan kebaikan, tetapi ucapan itu adalah tidak
disenangi dan tidak disetujui oleh orang-orang lain, maka Tathagata tahu
waktu yang tepat untuk menggunakan ucapan itu.
- Ucapan yang diketahui oleh Sang Tathagata, tidaklah mewakili
keadaan, tidak cocok dengan realita dan tidak berhubungan dengan
kebaikan tetapi ucapan itu disetujui oleh orang-orang lain : ucapan
semacam itu tidak diucapkan oleh Sang Tathagata.
Ucapan yang diketahui oleh Sang Tathagata, mewakili keadaannya
sesuai dengan realita, tetapi tidak berhubungan dengan kebaikan, ucapan
ini disenangi dan disetujui oleh orang-orang lain; ucapan semacam itu
tidak diucapkan oleh Sang Tathagata.
- Ucapan yang diketahui Tathagata, mewakili keadaannya, tidak
sesuai dengan realita dan berhubungan dengan kebaikan, juga ucapan ini
disenangi dan disetujui oleh orang-orang lain; Tathagata mengetahui
waktu yang tepat untuk menggunakan ucapan itu. Mengapa ? Sebab Tathagata
mempunyai rasa kasih sayang terhadap makhluk-makhluk itu.
|
” |
—Abhayarajakumara Sutta, [6]
|
Perbuatan Benar
Perbuatan Benar (
sammā-kammanta) juga dapat diartikan sebagai "tindakan benar". Praktisi (dalam hal ini penganut
agama Buddha)
diharapkan untuk bertindak benar secara moral, tidak melakukan
perbuatan yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.
Tipitaka menjelaskan:
“ |
Dan apakah , para bhikkhu, perbuatan benar?
- Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian,
menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan
seksual.:
- Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.
|
” |
|
Pencaharian Benar
Pencaharian Benar (
sammā-ājīva) berarti bahwa praktisi (pengikut
Agama Buddha)
tidak sepatutnya berhubungan dengan usaha atau pekerjaan yang, secara
langsung atau tidak langsung, melukai mahluk hidup lainnya. Tipitaka
menjelaskan:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar?
- Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar:
- Inilah, para bhikku, yang disebut penghidupan benar.
|
” |
|
Lima jenis bisnis yang seharusnya tidak dilakukan olah seorang umat awam
[7]:
- Bisnis Senjata
- Bisnis Manusia
- Bisnis Daging
- Bisnis barang yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran
- Bisnis Racun
Konsentrasi (Samädhi)
Daya-upaya Benar
Daya-upaya Benar (
sammā-vāyāma) juga dapat diartikan dengan
"usaha benar". Untuk hal ini, praktisi (pengikut agama Buddha) harus
berupaya keras untuk meninggalkan seluruh pikiran yang salah dan dapat
merugikan, perkataan, dan perbuatan. Praktisi (penganut agama Buddha)
sebaliknya harus berupaya keras untk meningkatkan apa yang baik dan
berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain dalam pemikiran mereka,
perkataan dan perbuatan, tanpa mengikut-sertakan pemikiran akan
kesulitan atau kekhawatiran. Tipitaka menjelaskan:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar?
- (i) Dimana seorang bhikkhu memunculkan keinginan, usaha keras,
bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk tidak
memunculkan hal buruk, kualitas tidak terampil yang belum muncul.
- (ii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh,
menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk meninggalkan hal
buruk, kualitas yang tidak terampil yang telah muncul.
- (iii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kualitas terampil yang belum muncul.
- (iv) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh,
menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk mempertahankan,
mengerti, menambah, memperbanyak, mengembangkan, & mengumpulkan
kualitas terampil yang telah muncul:
- Ini, para bhikkhu, yang disebut usaha benar.
|
” |
|
Keempat daya-upaya benar dimaksud di atas adalah
[8]:
- Usaha melenyapkan kejahatan yang telah timbul,
- Usaha mencegah timbulnya kejahatan yang belum timbul,
- Usaha membangkitkan kebajikan yang belum timbul, dan
- Usaha mengembangkan kebajikan yang telah timbu.
Perhatian Benar
Perhatian Benar (
sammā-sati), juga dapat diartikan sebagai
"Ingatan Benar" atau "Kesadaran Benar". Dengan demikian penganut agama
Buddha harus senantiasa menjaga pikiran-pikiran mereka terhadap fenomena
yang memengaruhi tubuh dan pikiran. Mereka harus waspada dan
berhati-hati supaya tidak bertindak laku atau berkata-kata karena
kelalaian atau kecerobohan. Tipitaka menjelaskan hal ini demikian:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, perhatian benar?
- (i) Dimana ada seorang bhikkhu tetap fokus pada tubuh kedalam
& keluar — tekun, sadar, & perhatian — membuang keserakahan
& kecemasan yang berhubungan dengan dunia.
- (ii) Dia tetap terfokus pada sensasi kedalam & keluar —
tekun, sadar, & perhatian — membuang keserakahan & kecemasan
yang berhubungan dengan dunia.
- (iii) Dia tetap terfokus pada pikiran kedalam & keluar —
tekun, sadar, perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang
berhubungan dengan dunia.
- (iv) Dia tetap terfokus pada kualitas mental kedalam & keluar
— tekun, sadar, perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang
berhubungan dengan dunia.
- Ini, para bhikkhu, yang disebut perhatian benar.
|
” |
|
Konsentrasi Benar
Konsentrasi Benar (
sammā-samādhi), seperti yang ditunjukkan dalam bahasa Pali, adalah melatih konsentrasi (
samādhi).
Dengan demikian seorang praktisi memusatkan pikiran kepada suatu obyek
pikiran hingga mencapai konsentrasi penuh dan masuk kedalam kondisi
meditatif (
Jhana). Biasanya, pelatihan samadhi dapat ditempuh melalui pengaturan pernapasan (
anapanasati), melalui visualisasi benta (
kasina),
dan melalui pengulangan kalimat-kalimat tertentu. Samadhi dilakukan
untuk menekan lima gangguan guna memasuki jhana. Jhana merupakan sebuah
media guna pengembangan kebijaksanaan dengan menanamkan pengertian dan
menggunakannya untuk menguji kesungguhan suatu fenomena dengan
pengenalan langsung. Hal ini membantu mengurani kekotoran,
merealisasikan dhamma dan, pada akhirnya, mencapai kesadaran diri.
Selama berlatih konsentrasi benar, seorang praktisi harus memeriksa dan
membuktikan pandangan benar mereka. Pada proses demikian, pengetahuan
benar akan timbul, dan diikuti dengan pembebasan sesungguhnya. Tipitaka
menjelaskan:
[4]
“ |
Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar?
- (i) Dimana ada seorang bhikkhu — sepenuhnya melepaskan
sensualitas, melepaskan kualitas (mental) tidak terampil — memasuki
& berdiam dalam jhana pertama: kegirangan dan kenikmatan yang muncul
dari pelepasan, disertai oleh pemikiran yang diarahkan & penilaian.
- (ii) Dengan menenangkan pemikiran yang diarahkan & evaluasi,
dia memasuki & berdiam di dalam jhana kedua: kegirangan dan
kenikmatan muncul dari konsentrasi, penyatuan dari kesadaraan yang bebas
dari pemikiran yang diarahkan & penilaian — kepastian dari dalam.
- (iii) Dengan hilangnya kegirangan, dia tetap dalam ketenangan,
perhatian & awas, dan merasakan kenikmatan dengan tubuhnya. Dia
memasuki & berdiam di dalam jhana ketiga, yang dinyatakan oleh Yang
Mulia, "Ketenangan & perhatian, dia memiliki kenikmatan yang terus
menerus."
- (iv) Dengan meninggalkan kenikmatan & sakit — bersamaan
hilangnya kebahagiaan & penderitaan yang sebelumnya — dia memasuki
& berdiam di dalam jhana keempat: kemurnian dari ketenangan &
perhatian penuh, tidak nikmat ataupun sakit.
- Ini, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar.
|
” |
|
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat
sehingga batin mencapai keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara
ini disebut dengan
Samatha Bhavana. Empat keadaan batin luhur:
- Cinta kasih (Metta)
- Belas kasihan (Karuna)
- Kegembiraan bersimpati (Mudita)
- Keseimbangan batin (Upekkha)
Dalam melakukan meditasi menggunakan obyek-obyek yang dipilih dengan
hati hati dan sesuai dengan watak, pengikut agama Buddha melatih
pengembangan 5 kemampuan batin yang luar biasa (
Abhinna) yaitu:
- Mata-dewa (Dibbacakkhu)
- Telinga-dewa (Dibbasota)
- Ingatan akan kelahiran-kelahiran lampau (Pubbenivasanussati-nana)
- Membaca pikiran (Paracitta vijanana),
- dan berbagai kemampuan batin lainnya (Iddhividha).
Adapun kemampuan luar biasa tersebut tidak mutlak bagi pencapaian pencerahan.
“ |
Bhante, apakah
yang dimaksud dengan konsentrasi, apakah tanda meditasi, apa
perlengkapan meditas, bagaimana mengembangkan meditasi?
- Saudara Visakha, suatu pemusatan pikiran adalah meditas, empat
dasar perhatian (satipatthana) adalah tanda meditasi, empat usaha benar
(sammappadhana) adalah perlengkapan meditasi: pengulangan berulang-ulang
kali, pengembangannya dan mengusahakan meditasi adalah masuk dengan
mengembangkan meditasi (samadhibhavana).
|
” |
|
Komentar :
Posting Komentar